Resensi buku novel Padang Bulan karya Andre Hirata
Judul Buku/Novel : Padang Bulan
Jenis Buku : Fiksi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2010
Cetakan : Cetakan Pertama
Jumlah Halaman : XIV + 253 halaman
Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini menyuguhkan suatu kisah yang menarik. Walaupun buku ini merupakan cetakan pertama tetapi buku ini telah banyak diminati oleh para pembaca atau penggemar novel. Yang lebih menariknya dari novel ini tidak bersifat monoton atau hanya berkisah pada satu peristiwa pada satu pelaku utama saja tetapi juga menyuguhkan beragam peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Padang Bulan adalah salah satu novelnya yang bersifat modern yang menceritakan sosial budaya masyarakat, gaya bahasa, serta budaya yang ada di daerah tersebut.
Pada kisah ini Andrea Hirata dapat menjelaskan setiap kejadian dengan jelas dari mulai tempat yang terjadi hingga gerak-gerik sang tokoh dapat digambarkan dengan menggunakan rangkaian kata-kata yang indah, gamblang dan rangkaian kata tersebut bak sebuah puisi sehingga terkesan kreatif dan indah.
Kisah Padang Bulan ini berawal dari kisah perjuangan seorang wanita yang bernama Enong yang baru kelas 6 SD harus sudah bekerja sebagai pendulang timah demi memenuhi kebutuhan makan dan biaya sekolah adiknya. Walaupun begitu, Enong merupakan sosok perempuan tegar, sabar, baik, optimis dalam berusaha. Enong mempunyai tekad yang kuat untuk belajar Bahasa Inggris walaupun ia telah Drop Out dari sekolahnya,sehingga ketika bertemu dengan Ikal yang pada waktu itu Ikal merasa putus asa gara-gara cinta gilanya kepada seorang gadis Tionghoa, A Ling namanya. Enong pun dapat menginspirasi Ikal untuk terus berjuang demi cintanya,dan Enong selalu membela, dan menguatkan hati Ikal. Berbagai cara Ikal lakukan untuk mendapatkan kembali A Ling. Akhirnya melalui perjalanan yang panjang A Ling-pun kembali ke pelukan Ikal.
Novel ini memberikan amanat kepada kita untuk senantiasa bekerja keras, bersabar, bersyukur, jujur, dan bertawakal atas apa yang terjadi sehingga kita dapat berjiwa tegar dan pantang menyerah.
Hal yang menjadikan novel ini menarik adalah ceritanya yang variatif sehingga memberikan suasana yang nyaman, mengharukan, dan juga menyenangkan. Novel ini tidaklah monoton karena didalam ceritanya, Andrea menyelipkan kata-kata atau kalimat-kalimat yang bisa membuat pembaca senang, terbawa suasana, dan tak jarang mengundang tawa akibat ulah tokoh yang lucu. Didalam novel ini, Andrea seringkali menuliskan kata-kata yang menjelaskan suatu keadaan bagaikan didalam sebuah puisi seperti berikut, “Cemburu adalah perahu Nabi Nuh yang tergenang didalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan yakni perasaan tak berdaya-ingin mengalahkan, rencana-rencana jahat-penyesalan, kesedihan-gengsi, kemarahan-keputusasaan, dan ketidakadilan-mengasihani diri.” Walaupun terdapat kata-kata yang tidak dapat langsung dipahami, novel ini memiliki cerita yang unik, menarik, dan dramatik.
Novel ini luar biasa. Cocok sekali untuk dibaca para penuntut ilmu yang sedang jatuh cinta. Memang biasanya cinta itu datang pada usia remaja sedangkan pada usia tersebut para remaja biasanya masih dalam proses menuntut ilmu. Para penuntut ilmu yang memiliki cita-cita bisa mengambil banyak pelajaran dari tokoh Enong yang bermental dan motivasi belajar yang tinggi. Selain itu novel ini juga menyajikan keindahan puisi dalam bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Beberapa pembahasan tentang Bangka Belitung dalam buku ini menjadi jendela bagi kita untuk melihat bagaimana keindahan alam di sana. Sejauh ini saya belum menemukan kelemahan dari novel ini.
http://uny.ac.id
Komentar
Posting Komentar